Suka-Sukaku

sumber: pexels


"Tak perlu kalian tahu, ini duniaku, dasar kepo semua," celetuk Nita saat dintrogasi oleh orang tuanya. Ia tidak pulang-pulang setelah empat hari tiga malam kabur dari sekolah. Ini kejadian yang keempat kalinya.

"Kalian bersyukur aku masih hidup dan dapat pulang ke rumah, sebenarnya aku malas pulang, malas sekolah" sambil menangis.

Mama Nita terdiam. Hatinya panas dan sekaligus benci atas sikap anaknya itu. Bayangkan anak gadis berani kabur dan bepergian tidak jelas. Ingin rasanya dicincang seperti martabak jika tidak takut dosa. 

"Mama mau tanya jawab dengan jujur, kamu maunya apa Nita," tanya mamanya yang menahan amarah. "Mama akan turut kemauan, ayo bilang sama mama. Jika mau tetap sekolah lanjutkan sekolahmu. Jika tidak Mama siap untuk membiayai kursus. Tapi jangan dibuat begini, Mama dan Papa pusing, malu sama guru, malu sama tetangga, malu sama orang gereja". 

Dengan sikap menantang Nita menjawab:" aku tidak mau kursus, aku juga tidak mau sekolah, biarkan aku hidup sesukaku. Orang diluar sana lebih peduli, lebih perhatian daripada keluarga dan teman disekolah," mendengar itu mamanya ingin menelan Nita hidup-hidup

Tiga puluh tahun kemudian ...

Nita terbayang wajah mamanya yang penuh amarah. Teringat guru-guru yang menasehatinya. Ia teringat dengan om-om yang selalu memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga nafsunya. 

Dia pikir hidup itu indah dan berjalan sesuai sekenarionya. Kapan saja dia mau, dia kabur dari sekolah dan rumah. Menikmati hidup diluar rumah itulah hidup. 

Kini dia bersama para gelandangan ..

Pergi ditempat orang membagikan sembako, makanan dan duit. Tanpa bekerja orang masih ada yang dermawan atas nama pelayanan. Bahkan meringankan langkah menuju surga. Tetapi mental anaknya menjadi peminta-minta dan berharap dari belaskasihan orang itu jauh lebih miris. 

Tiga anaknya dari ayah yang tidak jelas selalu menemani dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk mendapatkan nasi bungkus. Kadang beberapa pcs Indomie, beras  dan satu liter minyak goreng. 

"Aku tak mau tahu seperti apa keadaan anakku ke depannya, biarkan mereka menuliskan hidupnya sendiri-sendiri," dalam hatinya sambil menentang pastik hitam penuh pakaian bekas.

Jakarta, 18 September 2023


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url