Kemiripan Suku Baduy dengan Suku Dayak Kanayatn



Mengingat suku Baduy hidup di alam dan bersahabat dengan alam, tidak heran apa yang dikonsumsi dan digunakan berasal dari alam. Mereka menanam di ladangnya  seperti padi, singkong, kencur, jahe, jagung, anyali (jali-jali), kacang-kacangan, dan masih banyak lagi.


Bahan yang digunakan sehari-hari diambil dari alam. Alat mengambil air dari ruas bambu pilihan, gelas dari ruas bambu, dinding hingga alas lantai dari bambu. Atapnya dari daun sagu. pengikat atap dan penahan atap dari bambu. 

Tiang penyangga rumah dari kayu. tempat menyimpan pada ada lumbung padi. Penyimpanan kayu bakar dibuat di samping rumah juga dengan atap daun sagu. Bahkan diatas tempat masak ada tempat penyimpanan bibit yang disebut "para". Bagi suku Baduy  dapat dikatakan "alam adalah ayah sekaligus ibu mereka". Alam memberikan kehidupan yang harus dijaga dari tangan-tangan jahat. Alam diolah dan dirawat  sedemikian rupa demi kelangsungan generasi yang akan datang. Tokoh masyarakat Baduy seperti Jarok   merupakan ujung tombak dalam menjaga dan mempertahankan alam. 


Perlakuan terhadap padi

Padi ditanam dan dibersihkan dari rumput. Sebelum panen padi dimbil sekedarnya, ditumbuk dan dikukus. dibagi-bagi kepada tetangga untuk dinikmati. Setelah itu baru di panen. Hasil panenan tidak langsung dimasukkan ke dalam lumbung. Diikat dan disangkutkan di seutas tali atau sebatang bambu atau kayu. Ditempatkan  di sekitar rumah atau di sekitar ladang. Pada hari tertentu suku baduy  membuat  acara sebelum masuk ke lumbung padi. Padi maupun beras pamali untuk dijual  ke pihak luar. Mereka memahami padi memiliki rohnya. Bagi suku Baduy, padi memiliki roh.  Pemahaman ini sama dengan Dayak Kanayatn yang ada di Kalbar. 

Bagi suku Dayak Kanayat tempo dulu selesai panen (padi ladang) ada upacara ritual yang dinamakan  naik dango. Upacara naik dango adalah memanggil roh padi untuk berada di dango (lumbung). Ada kesamaan posisi dango/lumbung antara Baduy dengan  Dayak Kanayatn, yakni dibangun di sekitar rumah. Terpisah dari tempat tinggal manusia.

Tempo dulu jika mau mengambil padi di dango dan mengambil beras di tempayan beras, orang tua dari suku Dayak Kanayat  wajib  "basampakng" ritual meminta. Ini yang terlewat ditanyakan oleh penulis  ke mereka saat wawancara. 

Ada yang menarik di dango/lumbung padi. Dango/lumbung padi di Baduy  diikatkan beberapa jenis dedaunan di dinding dango. Ada juga pedupaan. Beberapa dedaunan dan  pedupaan ("baraan") yang dimaksud,  tempo dulu ada juga di dango/lumbung padi Dayak Kanayatn. 

Bahan-bahan makanan atau sayuran mereka  cari di sekitar ladang. Termasuk mencari lauk berupa ikan dengan memukat dan memasang bubu di sungai. Penulis disajikan ikan sungai yang lezat dengan cara dipepes menggunakan daun pisang. Ikan dicuci namun perutnya tidak dibuang. Hanya dengan penyedap rasa berupa garam. Penulis pun teringat semasa masih bermukim di Kalbar. Cara mengolahnya sama. Ikan "palo" dibungkus dengan daun simpor tanpa dibuang perutnya. kemudian diletakkan dibara api hingga dinyatakan matang. Cara masak ikan yang demikian oleh Dayak Kanayatn dinamakan "dibamapm".


Sekali lagi ada kemiripan Baduy dengan Dayak Kanayatn

Ada begitu banyak kemiripan dengan Dayak Kanayatn tempo dulu. Terutama dari jenis tanaman yang ditanam di Ladang. Ladang ibarat pasar swalayan menyediakan kebutuhan sesuai dengan apa yang ditanam untuk kebutuhan sepanjang tahun bahkan lebih. Jika satu tanaman gagal masih ada tanaman lainnya. Jika yang satu jenis tanaman sudah dinikmati masih ada jenis tanaman lainnya. 

Untuk membuka ladang kedua suku ini ada ritualnya.  Demikian juga sebelum memanen padi secara besar-besaran. Di kedua suku ini ada istilah "mipit". Jika di baduy bulir padi diambil, dikukus dan dibagikan ke warga sebelum panen besar. Sedangkan bagi Dayak Kanayat bulir padi yang muda diambil, di goseng, di tumbuk di lesung, dibersihkan dan di bagi-bagi ke warga sekitar rumah. 

Peralatan yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari juga ada kesamaan. Misalnya mengambil dan menampung air untuk keperluan sehari-hari.  Bambu yang diambil adalah bambu besar. Dilobangi dan atasnya ada pegangannya.  Tempo dulu Dayak Kanayatn yang tinggal dipedesaan juga menggunakan bambu namanya "tabakng" untuk mengambil air dan menampung air keperluan di rumah. 



Selain tempat penampungan air  masih ada lagi yakni  "jangkek".     Bentuknya besar di bawah dan kecil diatasnya. Jangkek  adalah  tempat hasil tangkapan  ikan. Bagi suku Dayak Kanayatn "Jangkek" selain digunakan sebagai tempat  ikan yang sudah ditangkap juga  untuk tempat hasil tangkapan kodok. Kodok biasanya ada selesai membakar lahan sawah. 

Peralatan lainnya

Peralatan menangkap ikan yang penulis lihat di sekitar rumah ada pukat ada bubu. Bubu  dipasang di sungai untuk menjebak ikan. Arahnya pemasangannya sama seperti yang dipasang oleh Dayak Kanayatn. Dengan menghadap ke hilir air. Ikan yang sudah masuk ke dalam bubu tidak dapat keluar. 

Selain bubu dan pukat,  ada pisau kecil yang digunakan oleh suku Baday. pisau kecil ini dalam bahasa Dayak Kanayatn disebut  "insaut" untuk meraut  bahan-bahan yang perlu diperhalus.  Sementara untuk menebang kayu mereka menggunakan beliung. 

Bagi Dayak Kanayatn beliung selain untuk menebang kayu juga digunakan saat pembaca doa memulai doanya yang di kenal dengan sebutan "nyangahatn". sementara untuk membersihkan beras mereka juga punya peralatan "pangayak" dan "nyiro". sementara mengupas kulit padi suku Baduy menggunakan lesung. Tempo dulu Dayak Kanayatn menggunakan lesung dan " kisarant"

Rumah suku Baduy sama dengan suku Dayak Kanayatn tempo dulu yang atapnya dari daun sagu, dindingnya dari bambu. Tidak mengenal paku. Pakai ikat dan penguncian dari kayu. Berbeda nya,  suku Baduy tiang bagian bawah dengan beralas batu. Sementara Dayak Kanayatn tiang ditanam di tanah. 

Ada tanaman yang dulu juga sangat berarti bagi suku Dayak Kanayatn.  Pohon sagu dan pohon aren. kedua jenis tanaman ini ditanam dan dirawat sedemikian rupa oleh suku Baduy. Sedangkan Dayak Kanayatn tidak lagi  demikian. Pohon sagu dan pohon aren sudah mulai langka. Dibiarkan tumbuh tanpa perawatan. Merana. 

Masih banyak lagi kesamaan antara Baduy dengan Dayak Kanayatn. Terutama ritual-ritualnya yang juga akan diturunkan dalam berita berikutnya.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url