Dayak Itu Memang Seksi dan Menjual. Bergeraklah.
Semua suku bangsa di dunia ini unik termasuk suku bangsa Dayak. Namun jika menyangkut Dayak ada banyak pendapat mengenai suku ini. Dalam tulisan edisi pertama tentang pendapat orang di luar Dayak, tentang Dayak salah satunya menyatakan bahwa suku ini punya mistik yang kuat.
Akibat pendapat tersebut maka dimanfaaatkan oleh orang di luar suku Dayak untuk kepentingan diri dan kelompoknya hingg ke kancah nasional dan bahkan Internasional. Sedangkan suku bangsa Dayak tidak mau memunculkan dirinya mengingat ajaran nenek moyang tidak boleh menonjolkan diri ke permukaan. Kalau zaman dulu memang demikian apalagi hanya hidup dikomunitas sesama Dayak. Ada rasa sungkan. Tapi kini seharusnya tidak lagi.
Zaman sudah berubah. Terjadi pembauran. Ada yang datang dan pergi dari Borneo atau sebaliknya. Dengan "kesaktian,tato,asesoris, salam dan sebutan sebagai panglima " larislah orang tersebut hingga terkenal baik di media sosial maupun di dunia nyata. Di undang dan di minta tolong mulai dari orang biasa hingga pejabat teras dan pengusaha. Suku bangsa Dayak mendapat promosi yang gratis. Termasuk mereka yang menjual obat dipinggir jalan mengaku sebagai orang Dayak.
Bagaimana orang Dayak bersikap? Ada beberapa kelompok. Ada kelompok yang cuek bebek. Ada kelompok yang bereaksi keras. Ada kelompok yang mengapreasi keberanian orang di luar Dayak mengaku Dayak. Dayak imitasi mendapat panggung bahkan dijadikan panglima besar seperti "panglima Kijang". Padahal Panglima Kijang di daerah tertentu itu adalah legenda. Dihormati dan dicintai oleh masyarakat Dayak.
Kelompok yang cuek bebek karena melihat tidak ada yang merugikan atau menguntungkan dirinya. Orang cari makan dan mencari popularitas tidak usah dipermasalahkan. Ada ormas Dayak yang akan mengurusnya. Demikian mungkin pendapatnya.
Ada yang bereaksi keras atas "ulah" orang-orang tersebut. Dengan membuat somasi, mendatangi, melaporkan ke Dewan Adat Dayak (DAD) dan Majelis Dewan Adat Dayak Nasional(MADN). Tidak suka untuk dimanfaatkan apalagi untuk mencari duit dan popularitas.
Harus di akui dengan gelar panglima, asesoris, tato, ornamen,salam dan pengobatan ala Dayak benar-benar menjanjikan. Siapapun harusnya sowan jika memang mencintai adat budaya Dayak untuk dibawa ka khalayak ramai. Di Indonesia saja jika hendak membuka KFC, McD, Starbucks harus meminta ijin ke Amerika.
Paling tidak sowan ke DAD atau MADN Mengingat DAD , MADN dan lembaga Dayak lainnya dupercaya untuk menjaga marwah Dayak. Demikianlah alasan yang dikemukakan. Jadi harus ditertibkan. Sejak ada kesadaran Dayak maka embel-embel panglima dan pengobatan ala Dayak mulai menghilang.
Tapi kini muncul panglima Kijang, yang berani menantang siapapun untuk berdiskusi yang dimuat dalam salah satu kontennya. Apalagi panggung sudah didapatkannya. Di daulat dan diberi gelar oleh orang Dayak juga. Wajar menjadi berani. Penulis mencari sumber tentang keberadaannya. Untuk sementara kesimpulannya merupakan " Dayak imitasi".
Selain itu masih ada contoh lain. Hampir satu minggu ini ramai diperbincangakan sejak dimuat oleh detikborneo. Bahwa di daerah Sunter, Jakarta Utara ada kumpulan "Dewa Datu Panglima" yang di motori oleh Sutono. Jumlah anggotanya tidak main-main. Dan sering tampil di acara-acara penting di Jabodetabek. Segala asesoris Dayak, ornamen Dayak dan salam Dayak, sering digunakan dalam setiap pertunjukkan. Penulis pun pernah menganjurkan kepada salah satu di antara mereka untuk sowan ke DAD Jakarta saat berjumpa di Bekasi dalam sebuah acara.
Kelompok suku bangsa Dayak yang memberikan apresiasi untuk "Dayak imitasi" tadi wajar-wajar saja. Mungkin ada kepentingan tersembunyi. Mungkin juga untuk berkolaborsi. Ada juga dengan alasan praktis yakni melalui "Dayak Imitasi" masyarakat luas mengenal suku bangsa Dayak. Daripada orang Dayak sendiri yang tidak berani tampil kepada khalayak ramai. Tidak berani menunjukkan identitasnya sebagai Dayak. Untuk apa? Terkecuali sudah merusak nama baik Dayak baru ditertibkan. Jadi dibiarkan saja. Diperingatkan dan dibina bukan dibinasakan jika keluar jalur. Demikian alasannya.
Dayak itu ibarat anak gadis begitu seksi dan menjua. Bukan sekarang ini saja, sudah sejak lama keseksian dan menjual itu melekat pada diri suku ini. Ada daya tarik tersendiri. Dan akhirnya dijadikan "sesuatu" untuk orang diluar Dayak.
Belajar dari berbagai Fenomena yang ada sudah saatnya suku bangsa Dayak menunjukkan identitas diri dimana pun bermukim. Buktikan bahwa kita bukan Dayak Kawe-kawe atau Dayak imitasi. Orang diluar suku Dayak berani mengemuka? Mengapa Dayak asli berdiam? Tunjukkan kemampuan kepanglimaannya, keseniannya, pengobatannya. Bergeraklah karena kita memang suku bangsa yang berkelas di dunia ini.