Cornelius Anton, A.Md.Kep., SKM., Pendobrak Kemustahilan



Saat memasuki kantor Pusat  Sekretrariat DPP PDI Perjuangan, saya kaget karena tidak menemukan sebuah  rumah tua.  Rumah tua itu pernah saya singgahi dua hari berturut-turut tanggal 24-25 Juli 1996. Rumah tua itu dulunya bagian dari kantor sekretariat PDI. Saya dan satu teman mahasiswa  sengaja datang karena ada mimbar bebas yang dimana nara sumbernya tokoh-tokoh hebat di negeri ini.

 Hari kedua kita datang dari arah tugu Proklamasi menuju rumah tua. Di seberangnya ada kain putih entah berapa ratus meter panjangnya. Kain putih itu sengaja dibentangkan untuk siapa saja yang mau memberikan dukungan dengan membubuhkan tanda tangan. Saya ikut membubuhkan tanda tangan  sebagai bentuk   sebuah dukungan. Setelah membubuhkan tanda tangan saya dan seorang kawan ikut  bergabung dengan lautan manusia. Ikut  mendengar orasi di mimbar bebas.

Tanggal 26 Juli 1996 saya di panggil oleh pihak kampus karena ada wajah kami terpampang di sebuah surat kabar Nasional. Pihak kampus tidak akan bertanggungjawab jika kami tetap mengikuti mimbar bebas. Syukurlah ada peringatan itu sehingga saya dan teman saya tidak menjadi korban penyerbuan  yang di kenal dengan peristiwa 27 Juli 1996. 

Di lokasi yang sama kini berdiri dengan megahnya sebuah gedung bertingkat dengan lambang negara ada dilantai paling atas.

Tahun 1996 datang untuk mengikuti mimbar bebas, kini datang berjumpa dengan salah satu staff keuangan DPP PDI  Perjuangan . Alamatnya sama di  Jl.Pangeran Diponegiro No.58 RT.1/RW.2 Menteng,Kec: Menteng, Kota Jakarta Pusat Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10310.

Salah satu Staff keuangan yang kita jumpai ini bernama Cornelius Anton,A.Md. Kep.,SKM. 

Perjalanan anak muda yang kini mencalonkan diri untuk anggota Legislatif pemilihan di  Dapil 1 Putussibau sungguh  tidak mudah. 

Ia ikut  seleksi team  Cyber pemenangan Ir. Joko Widodo- KH. Ma'ruf Amin,  dan dinyatakan lolos seleksi. Tugas mengcounter berita-berita hoax. Setelah dibubarkannya Cyber,  Pemuda  kekar dan atlet  bela diri silat ini ikut test untuk masuk menjadi staff di bidang keuangan DPP PDI Perjuangan.  Ia dinyatakan lolos.  Ia berjuang sendiri tanpa andil politisi Dayak. Ia pun bekerja hingga hari ini secara profesional.

Melihat sosoknya, orang tidak menyangka kalau dia adalah putra asli suku bangsa Dayak. Anggota DPRD, DPR-RI, Bupati bahkan Gubernur dari suku Dayak banyak yang tadinya tidak tahu kalau pegiat seni budaya ini adalah sama-sama dari suku bangsa Dayak. Sekalipun sama-sama ada di  PDI Perjuangan. 
Sosok yang pernah mengikuti lomba  Wonju  Dancing dinamic  Carnival -Korea Selatan ini adalah  satu-satunya orang Dayak yang berkarya secara profesional di kantor DPP PDI Perjuangan. 

Kini suami dari istri yang berasal dari Putussibau ini mempertaruhkan nasibnya di pemilu 2024 sebagai calon legislatif. Wilayah pemilihannya berada di Dapil 1 Kapuas Hulu  dengan area:
● Badau
● Batang Lupar
● Embaloh Hilir
● Embaloh Hulu
● Empanang
● Puring Kencana
● Putussibau Utara

Selain ada tekad yang kuat untuk masuk dalam dunia Politik, bak gayung bersambut. Ia  di minta oleh anak-anak muda untuk maju sebagai calon legislatif mewakili kalangan muda dan juga dorongan dari tokoh-tokoh masyarakat di Dapil 1 Kapuas Hulu. Dorongan itu merupakan sebuah amunisi.  Dengan ada di legislatif ia dapat menyampaikan aspirasi. Berbuat lebih banyak bagi masyarakat luas. Ia pun mendaftar dan berada di nomor urut 7.

Jika terpilih menjadi anggota Legislatif, program yang sudah dikantonginya adalah sebagai berikut:

1. Pengentasan stunting
2. Infrastruktur Jalan, kesehatan dan           
    pendidikan.
3. Program beasiswa
4. Sertifikasi hutan adat di
    setiap desa
5. Program pelatihan
    keterampilan (Balai
    Latihan Kerja)

Saat berdiskusi berkenaan dengan dunia politik ada beberapa pemikirannya yang perlu dipikirkan baik-baik terutama di kalangan anak muda Dayak. Dikatakannya:" Jangan anti politik karena semua yang menyangkut kehidupan tidak lepas dari keputusan  Politik"  

Pemikiran ini benar. Apa saja tidak lepas dari politik.  Contohnya harga bahan bakar dan kendaraan adalah  keputusan politik. Demikian juga  membayar harga  beras  dan dari mana beras itu berasal merupakan keputusan dari politik. Itu baru dua contoh.

Sosok yang juga sering menjadi juri Pencak Silat ini  menambahkan:" Hidup kita diatur oleh Politik, Dayak kalau mau maju jangan anti dengan  politik. Terjunlah dalam dunia politik tetapi politik yang bermartabat".

Benar apa yang dikatakan oleh mantan sekretaris DPW TBBR DKI Jakarta ini. Selama manusia Dayak tidak melek politik jangan harap menduduki jabatan strategis di negeri ini. Maka Cornelius Anton,  bermimpi suatu saat Ada Dayak yang menjadi menteri. Ada Dayak yang berpangkat Jendral.  Mengingat semua itu  tidak lepas dari keputusan politik. Demikian juga dengan jabatan strategis lainnya. 

Anak muda penikmat musik dan senang dengan seni budaya ini merupakan inspirasi di tanah kelahirannya.  Dialah orang  pertama kuliah di Jakarta dan meraih gelar Sarjana. Orang pertama sebagai atlet, wasit dan juri pencak silat PSHT  - DKI Jakarta hingga kini. Orang pertama yang go Internasional memenangkan salah satu lomba Carnival- Korea Selatan di bidang tarian dan kostum. Orang yang pertama menjadi calon legislatif dengan  Dapil yang bukan di tanah kelahirannya tetapi ditanah kelahiran Istrinya.  Dialah Orang Dayak pertama yang bekerja di sekretariat partai ber- sistem manajemen  SNI ISO 2015, se-Asia Tenggara yakni Sekretariat DPP PDI Perjuangan. 

Melihat sosok Cornelius Anton,A.Md.Kep., SKM  dengan segala pengalaman yang dimiliki,  program yang di usung, pemikiran serta mimpinya bagi suku bangsanya, maka sudah selayaknya masyarakat  memberikan  dukungan penuh di Pemilu 2024.


Cukup lama waktu yang diberikan  bagi kami untuk  berdiskusi. Kami pun akhirnya berpamitan.

Kami meninggalkan ruang pertemuan. Turun ke loby. Berfoto mengabadikan moment penting ini. 

Dua puluh tujuh tahun yang lampau berkunjung ke  rumah tua di lokasi yang sama tidak ada dokumentasi karena HP belum ada. Kini bolehlah. Hanya kain putih yang dapat dijadikan saksi kalau saya pernah datang ke lokasi ini. Kain putih yang pernah terbentang tidak tahu kemana rimbanya.  Kini saksinya adalah gedung megah. Tempat para politisi PDIP Perjuangan membangun peradaban bangsa ini. 
 
Saat meninggalkan gedung Sekretariat DPP PDI Perjuangan, saya dan satu teman lagi berdoa dan berharap untuk anak muda yang bernama  Cornelius Anton,A.Md.Kep., SKM.  Terpilih menjadi anggota Legislatif. Untuk itu jatuhkanlah pilihan kepada dirinya.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url