Mengarang Novel Berbahasa Daerah, Mengapa Tidak?
Senja dan Cinta yang tenggelam di desa Mentonyek merupakan Novel perdana yang di karang oleh pengarangnya. Novel perdana dalam kisahan menggunakan bahasa Ibu khususnya penutur bahasa Ba Ahe. Penutur bahasa Ba Ahe menyebar di beberapa kabupaten di Kalimantan Barat.
Tokoh utamanya adalah Udo. Ia adalah sosok pemuda yang memiliki orang tua yang hebat. Miskin sudah pasti tetapi bagaimana ia berjuang mengalahkan kemiskinan. Ia tidak menyerah dan tidak pasrah dengan nasib. Dalam perjuangannya ia akhirnya menjadi pengusaha papan atas yang peduli dengan keluarga.
Dalam urusan cinta sama seperti anak manusia pada umumnya kadang tidak menemukan ujungnya. Kisahan cerita mengangkat kisah masa lalu, kini dan yang akan datang. Contohnya desa Mentonyek dulunya sebuah desa berubah menjadi kecamatan. Dulu belum ada kabupaten Bangkule Rajakng dalam kisahannya sudah menjadi kabupaten. Dulu belum begitu maju teknologi masa mendatang kisahannya sangat maju.
Novel ini penuh dengan pesan-pesan penting. Contoh kecil bagaimana makan bersama menjadi ruang belajar mendidik anak dalam banyak hal. Berjuang melepaskan diri dari kemiskinan dan lain sebagainya. Lebih lagi adalah membawa generasi muda penutur bahasa ba Ahe untuk melestarikan bahasa yang Tuhan berikan.
Mengingat bahasa bagian dari identitas. Sebab jika tidak dilestarikan bahasa ibu akan punah seperti banyak bahasa suku bangsa di dunia ini.
Sebenarnya pengarang Novel ini memberanikan diri menggunakan bahasa ibu. Apalagi sudah puluhan tahun meninggalkan tanah kelahiran. Ada banyak diksi kata yang juga bercampur aduk dengan bahasa Indonesia. Maka saat menyisir ulang alias di edit kembali begitu lama waktu yang habiskan. Maka jika ada kekurangan di sana sini wajar saja. Itu pun sudah diantisipasi sedemikian rupa.
Mulai dari mengarangnya yang menghabiskan waktu kurang lebih enam bulan, hingga pengeditan. Di tambah lagi pengarang novel ini sudah memasuki usia setengah abad lebih, mengolah rasa memasuki dunia remaja memerlukan perenungan yang tidak sebentar.
Berharap Novel ini disambut dengan baik oleh pembaca dari kalangan penutur ba Ahe. Kalau pun tidak, pengarangnya berbangga masih ada karya yang di hasilkan ditengah-tengah kesibukan yang ada.