Salawin, memindahkan Kampung Halamannya di Tanah Rantau


Sepintas orang tidak akan mengira jika Salawin adalah dari suku bangsa Dayak. Matanya sipit, kulit putih, kumis tebal dan berbadan subur. Orang juga tidak akan mengira kalau pria ramah ini dulunya adalah seorang karyawan toko, karyawan pabrik garmen dan furnitur. Orang  tahunya  Salawin keturunan orang kaya dan wajar saja kini menjadi  big bos. 

Jika tidak ada yang mengungkap tidak akan terungkap latar belakangnya. Ia dilahirkan dari  dusun Raden, desa Paloatn,  kebupaten Landak-Kalbar. Keluarganya  berlatar belakang keluarga miskin. Salawin remaja pernah bekerja di bayar hanya dengan beras, karena itu yang dibutuhkan. Keluarga mereka tidak memiliki tanah mengingat neneknya dulu ditinggal pergi  oleh kakeknya, sehingga banyak tanah berpindah tangan. Sementara Ibu kandung Salawin setelah menikah tidak berpindah rumah. Ibu kandung Salawin  hidup dan menghidupi  neneknya yang tiada bertanah. Lahirlah Salawin dengan saudara-saudara. Sudah dapat dibayangkan hidup dengan tidak ada tanah. 

Tuhan tidak tutup mata. Salawin kecil oleh gereja dikirim untuk bersekolah di  Singkawang. Ada empat  orang anak yang bersama Salawin. Salawin  bersekolah sambil menimba keterampilan ber-ambak (bertukang).

Salawin,  remaja setelah menamatkan SMP pergi mengadu nasib ke tanah Betawi. Ia tidak dapat melanjutkan ke SMA / SMK karena ketiadaan biaya. Sama seperti kebanyakan remaja suku Dayak  lainnya yang bernasib sama tidak mau menyerah. Mereka yang  berani  berjuang  seperti Salawin kini hidupnya diubahkan. Dari orang biasa menjadi orang luar biasa.  Dalam kamus hidup mereka  tidak mengenal kata  menyerah apalagi pasrah  menerima nasib.


Salawin bertarung untuk  mengalahkan kemiskinan. Berangkat dari Borneo bagian Barat, menuju Jakarta. Area  Pademangan awal mula memijakkan kaki. Bekerja sebagai karyawan toko sembako. Itu pun tidak lama. Melalui rekannya yang lain di ajak ke daerah Tangerang. Di sana  bekerja sebagai Karyawan pabrik garmen.  Tidak lama setelah itu  berpindah kerja  di PT Citra Cipta Bika bergerak di bidang furniture.  Bekerja di PT tersebut sangat sesuai dengan  latar belakang kerena pernah pelatihan Ambak di  Singkawang. 

Setelah sekian lama , Salawin keluar dari pekerjaan. Ia memberanikan diri dengan bekerja secara  freelance. Bersama rekannya  Paskalis lalu  mendirikan usaha yang di beri nama  PT. Paswin Bangun Perkasa.  Perusahan mereka tidak berjalan sesuai harapan. Terpaan Covid memporakporandakan usaha tersebut seperti yang dialami banyak orang. Kini ia bergerak sendiri dan  mulai menggeliat lagi. Usaha ini mengambil spesialisasi  penempelan Veneer. Hampir semua gedung  perkantoran, apartemen dan perumahan  di Jabodetabek pernah memakai jasanya. Bahkan sekarang  menjadi rekanan  salah satu perusahan untuk pembangunan gedung  di IKN. 

Dengan pundi-pundi yang di dapatkan saat freelance , Salawin membeli tanah di tanah kelahirannya. Tujuannya tidak lain hendak  pulang dan membuka usaha di sana. Itu kisah sepuluh tahun yang lalu. Tidak heran ada kebun karet dan sawitnya juga. Akhirnya rencana itu berubah. Kebun sawit yang bermitra dengan perusahan sawit dilelangnya. Untuk menambah modal membangun kantor sekaligus tempat tinggal bersama keluarganya   di daerah Cilengsi. Termasuk membangun  kantor CU  Sunio Talino untuk komunitas Forum Dayak Kalimantan Barat Jakarta(FDKJ). 

Kini selain menekuni usaha  Veneer, Salawin juga menekuni dunia pertanian  di daerah Jonggol. Boleh di kata ia memindahkan kampung halamannya di daerah Cilengsi karena ia mulai bertani. 
 Ilmu pertaniannya sangat mumpuni. Salawin menaman cape, kacang panjang, mentimun, timun suri dan bawang. Dengan pengetahuannya dibidang pertanian, ia mementori warga FDKJ di C-4 untuk bertani bersama. Dan selalu siap beebagi ilmu kapan saja dimana saja.

Apakah perjalanan hidup Salawin mulus-mulus saja? Tidak ada namanya mulus. Semua orang sukses di dunia ini pernah terpuruk. Salawin juga mengalaminya. Namun ia bangkit. Ia tidak mau terkurung dalam keterburukkan. 

Salawin pernah berada di titik keterburukan iu. Saat menjadi karyawan di PT Citra Cipta Bika, tangan kanannya terkena mesin. Empat jari tangan kanannya putus. Satu jari hampir di amputasi. Salawin meminta kepada dokter untuk membiarkannya. Jika pembaca ketemu  dan bersalaman dengan Salawin hendaknya tidak kaget. Tangan kanan tersebut adalah akibat kecelakaan kerja. Waktu itu ia masih bujangan. 
Bekas kecelakaan itu sempat membuatnya minder. Ia berusaha menyembunyikannya jika berhadapan dengan anak gadis seusianya. Termasuk dengan mantan pacarnya yang sekarang menjadi pendamping hidupnya. Ada kisah menarik selama berkenalan dan berpacaran.  Tangan kanannya  selalu disembunyikan dalam kantong Jaket. Sekali waktu pas mau makan terpaksa dikeluarkan. Betapa kagetnya pacarnya yang kini setia mendampinginya. 
 Salawin pernah di bilang " Yudas Iskariot". Padahal Salawin juga merupakan korban penipuan. Ada orang yang dikenalnya meminta kepada dirinya untuk mencari tenaga kerja di Kalimantan. Waktu itu Salawin baru saja keluar dari pekerjaan dan mencoba freelance. Ia  mengeluarkan modal untuk mengongkosi orang-orang yang direkrutnya. Apa daya itu rupanya penipuan. Ia di tipu, Orang yang direkrut di tipu.  Sudah jatuh tertimpa tangga lagi. Sudah  mengeluarkan biaya di jukuki Yudas lagi oleh orang yang di rekrutnya. Itu bagian keterburukan yang di alami. Maka sekarang Salawin lebih tegar dan  berhati-hati.

Dalam dunia pertanian pun begitu. Bersama warga C4 pernah gagal panen jahe. Tidak sedikit modal yang dikeluarkan. Lalu usaha pertanian yang digeluti  sendiri pun baru-baru ini gagal panen khususnya bawang merah dan mentimun suri. Ratusan juta pundi-pundi yang akan terisi, menguap begitu saja. Kejadian yang demikian dianggapnya biasa saja. Buktinya salawin telah membuka lahan lagi  menanam cabe, menyiapkan lagi pembibitan cape kisaran enambelas ribuan di tempat penananaman bawang yang gagal panen tadi.

Salawin selain menekuni Venner, juga terus bergerak di bidang pertanian yang dimaksud. Ia bahka  siap membantu mementori jika ada yang meminta ilmu di dunia pertanian. Salawin juga punya keinginan  akan menanam sayuran yang setiap hari dimungkinkan untuk di  panen seperti daun singkong, bayam dan kangkung. 

Begitu juga di komunitas Dayak rantau asal Kalbar. Salawin tidak pernah putus asa apalagi kecewa dalam  mensosialisasi, mengajak komunitas FDKJ di  Jabodetabek. Di ajak untuk  bergabung menjadi anggota CU Sunio Talino. Sebagai ketua, Salawin  terus saja bergerak membesarkan CU ST.  Ia bermimpi suatu saat  CU ST menjadi berkat bagi banyak orang.  
Sekalipun belum mendapat dukungan, Salawin akan terus maju.  Pengalaman hidup membuatnya demikian. Kuat, tidak terpengaruh dan selalu siap menghadapi tantangan. Contohnya ia sanggup bertani seperti di kampung halamannya. Ia memindahkan kampung halamannya dengan bertani. Bedanya kalau di Kalimantan beetani banyak "pa'pok" ( tidak ada keuntungan) bahkan " puso" (merugi karena tidak ada hasil) disini  Salawin dari hasil panen cabe saja  dapat membeli beras berton-ton. 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url