Air Mata Sang Gembala.... Pertobatan

Ternyata menjadi orang Kristen itu sulit. Semua dibatasi. Pilihan harus disesuaikan dengan Firman Tuhan. Namun hidup sebagai orang beriman harus dijalani.  Nugraha harus banyak berkonsultasi dengan gembalanya. Gembala yang membaptis dirinya tempo hari. 

Nugraha tidak mau seperti yang lain. Suci di gereja saat hari Minggu, tetapi hari berikutnya jauh dari kesucian. Berwajah dua. Benar apa yang dikatakan oleh kepala Gereja jangan membangun rumah di atas pasir tetapi harus diatas batu karang. 

Lama Nugraha berpikir. Ada kesempatan untuk meraup untung tetapi melanggar hukum. Dulu ia main sikat main babat. Sama seperti kebanyakan para pebisnis yang penting untung. Kini sudah tahu dosa. Sementara dua bulan ini hasil pemasukan dari usahanya seret. Ada banyak rekan-rekannya yang pergi ke pesugihan. Menemui orang"pintar". Tapi Nugraha tidak.

 Kini ia datang kepada Tuhan. Sebelum pergi ke tempat pekerjaan,  ia berdoa memohon petunjuk dan belaskasihan Tuhan. ia juga merasakan semakin ia rajin berdoa semakin jauh rezeki yang ia peroleh. Contoh sebulan ini saja ia hanya mampu  membayar gaji karyawan. Tetapi mau gimana lagi. "Tuhan itu tidak tidur" Demikian bisiknya.

Ada pegawai pemerintah meminta dibuatkan kuitansi dengan mengelambungkan nilai rupiahnya. Nugraha langsung mengatakan tidak bisa lagi. Ia berubah seratus delapan puluh derajat. Ia tidak mau berbohong demi meraup keuntungan dan berkelanjutan. 

" Maaf ya Pak. Saya tidak bisa lagi seperti dulu. Harga dan jumlah barang tidak bisa seperti dulu. Saya akan tulis sesuai kenyataannya" Demikian penjelasan Nugraha kepada pelanggannya. Pelanggan yang lima tahun belakangan ini belanja secara rutin.

"Kali ini saja pak, tolonglah. Kita sudah lama berlangganan di tempat Bapak" 

" Maaf Pak, saya tidak bisa lagi. Saya sudah janji dengan Tuhan saya, bahwa saya mau bekerja secara jujur. 

"Gini saja Pak. Saya yang tulis yang penting cap dari Bapak" Pinta pelanggannya lagi.

" Sekali lagi saya minta maaf.  Bukan saya tidak mau uang namun uang bukan segala-galanya. Kalau tidak jadi dibeli juga tidak apa-apa Pak. Saya hanya menjual dan menerima uang sesuai harga yang sebenarnya" Sekali lagi Nugraho menjelaskan.

Pelanggan itu pun akhirnya mengalah. Dengan muka cembetut, ia terpaksa membayar sejumlah uang dengan kuitansi yang sesuai. Ia tidak dapat untung lagi. Dalam hatinya " Cukup disini berbelanja dg orang bego"

Nugroho setiap menerima pembayaran sekarang selalu disertai dengan ucapan syukur. Tidak saja mengucap syukur, kini Alkitab pun sudah ada di ruang kerjanya. Lagu-lagu rohani pun dalam bentuk instrumentalia memenuhi are kerjanya. 

Segala jimat dan barang-barang antik yang ada mistisnya dikeluarkan dalam rumah dan ruangan kantor. Demikian juga saat sedang sakit, ia hanya berdoa dan datang ke rumah sakit. Membeli obat  ke apotik.

Emosinya  juga mulai dapat dikendalikan. Dulu meledak-ledak. Sumpah serapah sering keluar dari mulutnya. Minuman keras bukan sebatas menghangatkan tubuh. Tetapi juga membuat dirinya hingga teler. Tidak heran botol-botol minuman yang bermerek pun sudah tidak lagi menghiasi   rak lemari kacanya.

Kawan-kawan bisnisnya begitu heran melihat perubahan pada diri Nugroho. Tetapi pernyataan pun bermacam-macam. Ada yang menyatakan itu hanya panas tahi ayam. Ada lagi yang menyatakan  seberapa lama seperti itu. Dan yang lainnya lagi memuji dirinya. 

Nugroho sejak bertobat dan dibaptis berusaha sekuat mungkin mempraktekkan Firman Tuhan. Ia memohon belas kasihan Tuhan untuk sanggup menghidupi ajaran Tuhan. Ia berharap ia terus bertumbuh menyenangkan hati Tuhan. Memiliki kesaksian hidup yang benar. 

(Bersambung)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url