Air Mata Sang Gembala- Menggumuli Panggilan


Hari- hari dijalani penuh dengan sukacita dan ucapan syukur. Semua dapat dikendalikan sekalipun tidak mudah. Setiap hari Nugroho berperang dalam dirinya. Manusia lama ingin mengemuka, ingin menguasainya. Ternyata setelah bertobat  manusia lama itu tidak serta merta mati.  Keakuan atau manusia lama tetap ada.  Manusia lama itu  harus dilawan, ditaklukan. Tidak boleh dihidupi. Demikian yang ia dapatkan dari buku rohani yang didapatkan.

Tidak heran banyak orang Kristen gagal menunjukkan identitas sebenarnya. Bukan saja jemaat, tetapi juga para rohaniawan. Apalagi Nugroho melihat dengan mata kepala bagaimana rekan bisnisnya banyak berbohong, menghamburkan uang dengan perempuan. Ia juga menyaksikan  ada pengurus gereja mengolah uang jemaat dengan membeli saham. Ada majelis ,  pendeta  dan pelayan yang berselingkuh, pengurus gereja membisniskan gereja. Sungguh pemandangan yang yang sangat kasat mata.

Tapi tidak sedikit juga yang hidupnya benar . Menjadi contoh dan membawa pengaruh yang hebat. Nugroho menjadikan Martin Luther dan Agustinus sebagai model  dalam menjalani kehidupan.

Sejak lima tahun yang lalu, saat keluar dari kolam Baptisan hatinya penuh damai sukacita. Bahkan setahun belakangan ini Nugroho menggumuli untuk melibatkan diri lebih jauh yakni  membuka persekutuan. Ia punya mimpi menjadi gembala sidang. Tetapi bagaimana memulainya, Nugroho tidak paham. Ia berencana berkonsultasi dengan gembala senior. 

Diruang pastori Nugroho muda duduk menunggu gembala senior yang baru selesai sarapan pagi. Matanya menyisir kesemua arah terutama  lemari kaca yang penuh dengan buku berbahasa Belanda. Tidak lama gembala senior menemuinya diruang tamu.

"Selamat pagi Nugroho, ada yang om bisa bantu" Sambil gembala senior menyodorkan tangannya. 

" Selamat pagi juga om" Dengan berdiri dari tempat duduk Nugroho menyambut tangan gembala senior. Mereka pun bersalaman .

" Baik sebelum kita bicara kita berdoa lebih dulu" Pinta gembala senior. Sambil ia mempersilahkan Nugroho duduk.

Seusai mereka berdoa,  Nugroho menyampaikan keinginannya kepada gembala senior tersebut. Ia memgutarakan semuanya. 

" Nugroho, om sangat senang jika ada orang seperti dirimu membuka persekutuan, memulai itu gampang tetapi meneruskan dan mempertahankan itu bukan perkara mudah. Akan ada banyak pengorbanan disana. Ada air mata, penghianatan, kesalahpahaman, jadi bahan perguncingan. Ingat yang dilayani itu manusia bukan binatang. 

Tidak semua keinginan orang kita dapat penuhi. Belum lagi nanti dengan keluarga intimu. Sungguh akan menjadi sorotan. Kamu berdoa lagi jangan-jangan ini emosi sesaat. Sekali lagi om senang tetapi pikirkan baik-baik. Ingat perkataan Om tadi tidak mudah. Tetapi kalau ini panggilanmu jangan juga ditunda. Kerjakan saja Tuhan akan buka jalan dan menyertaimu" Demikian wejangan gembala senior kepada Nugroho sambil menyeruput teh tubruknya. 

" Terima kasih om atas dukungan dan nasehatnya, saya akan memulai minggu depan. Saya sudah memesan kursi, kantong kolekte dan mimbar. Jika om tidak berkeberatan nanti om datang yang membawa renungan. Tidak banyak yang datang yang pasti saya dengan istri dan juga beberapa teman dekat. Untuk jemaat saya tidak tahu dari mana. Tapi saya akan berusaha dalam pertolongan Tuhan pasti Tuhan kirim"

" Nugroho om akan datang tetapi karena ini rintisanmu, ada baiknya kamu yang bawa renungan. Om sebagai pengunjung saja. Om  pun  tidak janji bisa datang. Kamu tahu sendiri jadwal om begitu padat. Untuk selanjutnya jika sudah jalan om siap dijadwalkan. Om cuma berpesan, mulai hari ini kamu menempatkan dirimu sebagai pendeta dan gembala sekalipun belum ada jemaatnya. 

Kedua jika sudah ada jemaatnya nanti dibentuk badan pengurus, buat program dan harus transparan dalam keuangan. Jangan pilih kasih dengan pengerja dan jemaat. Dan ingat utamakan hubungan pribadi dengan Tuhan" Lanjut gembala senior 

" Baik om, terima kasih atas dukungan dan nasehatnya. Saya akan ingat dengan om orang pertama yang saya datangi dan memberikan dukungan kepada  saya" Sahut Nugroho

Di ujung pertemuan diruang pastori  Nugroho kembali di doakan. Kali  ini dengan penumpangan tangan. Air matanya mengalir dengan deras. Hingga beberapa saat Nugroho belum sanggup berucap untuk sekedar mengucapkan terima kasih. 

 Kemudian nugroho berdiri. Ia mememeluk gembala seniornya yang sudah sangat lancar menggunakan bahasa Melayu dan Jawa Timuran.  Akhirnya Nugroho berpamitan. Ia pun menaiki mobil fordnya menuju kantor dengan hati yang masih diselimuti keharuan. Nugroho tidak mampu mengalimatkan apa yang dirasakannya menjadi kata-kata setelah pertemuannya dengan Gembala Senior tadi.

(Bersambung)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url