Air Mata Sang Gembala- Memilih Badan Pengurus
Setahun sudah ibadah yang dirintis Nugroho berjalan. Dari hanya tujuh orang kini sudah mencapai seragusan. Setiap dua minggu sekali diadakan makan bersama. Kunjungan pun rutin dilakukannya.
Sekalipun sudah rutin diadakan ibadah dan layaknya gereja lokal, Nugroho belum puas. Ia masih melihat ada diantara jemaat yang motivasinya kurang pas dimatanya.
Ada jemaatnya yang datang untuk mencari pekerjaan, meminjam uang, berdagang dan meminta dukungan. Masih sedikit yang benar-benar tulus.
Dari seratus pengunjungnya, baru sepuluh orang yang dibaptis. Sisanya karena diajak kawannya. Sakit hati di gereja lamanya. Ada yang karena sudah lama tidak bergereja dengan berbagai alasan.
Kini Nugroho harus diperhadapkan dengan pemilihan badan pengurus yang dapat diandalkan untuk memajukan gereja.
Ada sepuluh orang yang telah masuk dalam daftar pemilihan. Nugroho mendasari dari kitab Timotius. Itu pun harus diumumkan ke jemaat. sebelumnya ia telah menanyai satu persatu bersedia atau tidaknya. Lima orang calon pengerjanya sudah bersedia. Tiga orang merasa tidak layak. Dua orang di komplain jemaat dianggap belum layak.
Kini Nugroho berdoa puasa. Ia tidak mau salah mengambil langkah. Bagi Nuhroho ini pekerjaan Tuhan. Salah melangkah memperlambat pekerjaan Tuhan. Setelah berdoa puasa, ia yakin dua orang yang dikomplain jemaat memang harus diputuskan untuk tidak dilanjutkan. Tetapi bagaimana caranya supaya tidak tersinggung. Kebetulan kedua orang tersebut sudah menyatakan siap. Sedangkan ada jemaat yang mengetahui akan ada pemilihan pengurus memberikan masukkan untuk tidak memasukan kedua orang itu sebagai badan pengurus.
Calon pertama memang orang kaya raya. Suka memberi. Namun bisnisnya kotor. Yang kedua memang rajin ke gereja namun istrinya begitu dominan. Di rumah ia bukan kepala rumah tangga yang baik. Tetapi cekatan dalam mengerjakan banyak hal.
Nugroho meminta kedua orang tersebut untuk bertemu di tempat makan yang tidak jauh dari kantornya. Sambil berbuka puasa.
Nugroho lebih awal ada di rumah makan tersebut. Ia belum memesan apa-apa. Setengah jam menunggu. Itu bagian untuk menguji kesabarannya. Akhirnya kedua calon pengurus tersebutpun datang dengan memberikan alasan masing-masing.
Sebelum pembicaraan dimulai , mereka bertiga berdoa. Usai doa makanan dan minuman pun di pesan.
Nugroho pun membuka pembicaraan. " Terima kasih sudah hadir memenuhi undangan saya malam ini. Kita langsung ke tujuan saja ya. Begini setelah saya gumuli dalam doa. Minta maaf untuk Bapak berdua sepertinya untuk ambil bagian dalam pelayanan periode pertama ini ditunda dulu dengan berbagai pertimbangan. Saya meminta maaf sebelumnya"
" Memangnya kenapa Boksu, apa ada yang kurang dari kami berdua. Apakah ada yang menolak? Kalaupun akhir kami tidak melayani juga tidak apa-apa " Respon Rudi.
Rudi orang yang kaya raya. Diantara jemaat yang memberikan persembahan, Rudi lebih dari yang lain. Beruntung Nugroho memiliki jemaat yang demikian.
" Kalau saya boksu, tidak apa-apa, sebenarnya sebelum boksu mengajak pertemuan malam ini saya sudah mau memberitahu bahwa saya belum layak untuk melayani. Bukan apa-apa boksu. Istri saya tidak mendukung". Demikian penjelasan Tono.
Makanan dan minuman pun sudah tersedia diatas meja. Mereka kembali berdoa sebelum makan malam bersama.
" Boksu, saya berharap saya tetap diberikan kesempatan untuk pelayanan. Kapan lagi kalau bukan sekarang. Boksu dalam kbotbah mengatakan jangan hanya menjadi jemaat yang rajin beribadah tetapi tidak mau melayani untuk apa?" Kata Rudi.
" Begini Rud, mungkin belum saatnya sekarang. Tunggu dua tahun lagi. Ini menyangkut bisnismu. Saya dengar ada beberapa rekan bisnismu mengeluh katanya susah pembayaran kalau sudah ditanganmu. Kedua banyak proyek fiktif juga" Kata Nugroho.
" Sekarang begini boksu. Beritahu kepada saya bisnis apa yang benar-benar bersih. Kalau memang bisnis saya kotor kenapa uang persembahan saya di terima, oke kalau pun bisnis saya kotor berikan kepada saya bisnis yang bersih!" Kata Rudi dengan nana agak tinggi.
" Rudi seperti awal saya katakan nanti saja ya pelayanannya, saya tidak mau menyentuh hal yang lain. Kamu berdoa dan renungkan semua ini. Tuhan pasti singkapkan" Kata Nugroho
Semua terdiam. Sementara makan malam bersama terus berlangsung. Rudi buru-buru ke kasir. Ia membayar semua pesanan yang ada. Bahkan ia memberikan tips kepada pelayan yang melayani.
Kemudian ia kembali lagi. Dan berkata. " Baik boksu kalaupun saya tidak jadi di team pelayanan tidak apa-apa. Mungkin ini belum saatnya untuk melayani"
" Terima kasih Rud atas pengertiannya. Dan juga terima kasih sudah dibayar untuk makanan dan minumannya, saya yang mengajak peetemuan ini sehatusnya saya yang membayar. Tuhan Memberkati" Kata Nugroho
Seusai doa mereka bersalaman dan menuju tempat parkir masing-masing.
Diperjalanan Nugroho mengucap syukur atas apa yang terjadi dimeja makan.
Namun dampaknya ia tidak tahu.
Sejak itu, Nugroho tidak lagi melihat batang hidung Rudi. Ia telah berpindah tempat ibadah dan langsung mendapat panggung di gereja yang baru. Tidak tanggung -tanggung langsung jadi majelis.
(Bersambung)