Air Mata Sang Gembala- Aliran Protestan dan Kharismatik

Dalam kamar Tidur sambil berbaring Nugroho mengajak istrinya berdiskusi. Yang didiskusikan bukan bisnisnya melainkan gereja yang dirintisnya. 

" Ma, sejak pulang dari pertemuan pemimpin gereja se-Surabaya bulan lalu mau tidak mau gereja kita harus bergabung dengan  salah satu sinode. Supaya kita tidak dianggap liar. Apakah bergabung dengan sinode beraliran Protestan atau kharismatik papa juga masih harus digumuli. Hati papa lebih pas dengan beraliran kharismatik.  Bagaimana menurut mama?" Tanya Nugroho kepada istrinya. 

"Pertimbangannya apa pa. Saya mau dengar" Kata istrinya merespon pembicaraan itu. 

" Saya kurang paham benar. Kalau protestan semua diatur dari pusat. Termasuk gaji kita. Kita bisa dimutasi. Gembala harus tunduk dengan majelis. Keuangan disetor kepada pusat. Namun program pasti didukung langsung"  demikian penjelasan Nugroho kepada Istrinya yang asli Tiongkok tersebut. 

"Nah bagaimana yang beraliran kharismatik, saya mau tahu juga" Kata istrinya.

" Setahu saya kharismatik gembala yang berkuasa. Dalam artian gembala yang mengatur semuanya. Majelis mitra dalam pelayanan. Termasuk keuangan kita yang atur mau punya bendahara atau kita sendiri bendaharanya. Ide-ide untuk pengembangan tidak membutuhkan proses yang panjang. Tergantung ke kita. Termasuk maju mundurnya gereja yang kita rintis" Kata Nugroho. 

" Kalau saya usul kita ke kharismatik saja. Papa yang merintis gereja itu. Papa yang tahu mau seperti apa dan bagaimana. Lagian papa kerjanya cepat tidak mau bertele-tele saya pikir sangat pas dengan karakter Papa" Kata istrinya

" Papa juga cocoknya di kharismatik. Tetapi harus berhati-hati kalau tidak Papa bisa jadi raja kecil. Tidak ada yang mengontrol di bidang keuangan dan kepemimpinan. Belum lagi nantinya salah urus bisa  bubar atau gereja diwariskan ke anak-anak atau menantu padahal belum tentu mereka punya panggilan untuk melayani. Tapi kalau beraliran protestan  kita dibuat jadi karyawan gereja. Belum lagi kalau ketemu majelis seorang pengusaha habis kita. Tetapi yang akan jadi penghalang besar Papa ini  kaum awam bukan seorang teolog" Kata Nugroho

" Terserah Papa. Kita punya pemikiran terbatas. Kedua aliran itu ada kelebihan dan kekurangannya, saya serahkan ke papa saja mana baiknya. Jangan sampai nantinya menyesal" Kata istrinya lagi.

Malam itu mereka berdua belum juga dapat memutuskan mau dibawa kemana gereja yang mereka rintis. Nugroho bersama istrinya hanya berdoa. Minta Tuntunan Tuhan supaya kedepannya semua baik-baik semua.

(Bersambung)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url