Doni: Anak Muda Dayak Berjiwa Petarung
Tidak jauh dari sekolah Ricci yang berada di Jalan Kemurnian ada pasar Asem. Pasar ini tdk besar namun ramai di kunjungi masyarakat yang hendak berbelanja sesuai kebutuhan terutama di pagi hari. Tidak ada yang mengira bahwa di pasar Asem ini ada orang Dayak yang berdagang daging babi, namanya Doni. Doni asal Desa Sarenekng Kecamatan Mantrado, Kabupaten Bengkayang - Kalbar.
Doni berjualan dari tahun 2018. Awalnya Doni bekerja di sebuah rumah makan yang ada di Tanah abang. Tempat kosannya di daerah Jelambar. Setiap pagi sekitar jam lima sudah berangkat bekerja dengan berjalan kaki ke tanah abang. Sore baru naik angkot setelah dapat uang dari bekerja. Dari tanah abang pindah bekerja di warung nasi Campur. Dari sana karena merasa tidak cukup dengan gaji sebagai Karyawan sama seperti sebelumnya, membuat doni mengambil keputusan berhenti. Ia memilih tantangan baru bekerja dengan orang yang berjualan daging babi. Dalam hatinya sampai kapan jadi karyawan dengan gaji yang terbatas. Selama satu tahun jadi karyawan disana, akhirnya ia memutuskan berhenti bekerja.
Dengan bermodalkan delapan juta rupiah Doni mulai berjualan babi tanpa ada tempat dagangan. Jualan yang dilakukan dari mulut ke mulut. Yang memesan dilayani dengan pesanan langsung diantar ke rumah. Karena kerja keras dan ulet ada saja jalan yang Tuhan buka. Doni ditawarkan tempat untuk berjualan. Ini namanya rezeki. Tahun pertama dibantu pembayaran kontrak tempatnya. Tahun kedua, ketiga dan seterusnya dibayar oleh Doni hingga kini. Tempat itu adalah tempat dagang yang sekarang berjualan.
Tempatnya cukup memadai dan strategis untuk berjualan daging babi. Di tambah lagi dengan komunitas masyarakatnya Tionghua. Hal ini sangatlah mendukung. Di dalam ada dua tempat pendingin yang besar dan satu pendingin yang kecil. Ada penggiling dagingnya. Timbangannya pun sudah timbangan elektrik dijamin ke akuratan timbangannya. Doni memiliki dua karyawan yang membantunya berjualan setiap hari. Satu dari Sarenekng dan satunya dari daerah Mandor. Bos Dayak karyawannya pun Dayak.
Doni mulai berjualan dari jam 03.00 - 11.00 WIB. Dengan pelanggan tetap setiap hari menghabiskan minimal satu ekor Babi dengan berat timbangan rata-rata seratus kilo gram. Jualan dengan hasil besar didapatkan pada umumnya musim Imlek dan musim lebaran. Berapa keuntungan yang di dapat? Sangat menjanjikan. Sekalipun sekarang ini pasar sepi maksudnya orang menahan untuk berbelanja tetap saja dapat membawa Uang diatas lima ratus ribuan perharinya.
Siapa sangka anak muda yang baru memasuki usia 35 tahunan ini sudah mampu menaklukkan kerasnya kehidupan di Ibu kota negara. Mungkin tempaan kehidupan pada masa lalunya mempengaruhi konsep berpikirnya. Dulu di kampung halaman pernah mendompeng. Pernah jadi penyadap karet dan TKI di Malaysia. Belajar dari sana setelah tiba di Jakarta menjadi petarung sejati.
Bagi komunitas Dayak yang ada di Jabotabek khususnya di Jakarta Barat jika hendak bermenu daging babi dalam acara syukuran, arisan atau menu untuk keluarga ada baiknya mampir di tempat Doni berjualan. Jika tidak sempat mampir dapat dilayani dengan Gojek atau grab tinggal mau pesan apa dan berapa banyak. Dari kepala, daging, tulang, kaki babi hingga minyak yang dalam kemasan botol pun tersedia.
Agutinus Tamtama seorang anak muda asal Ketapang dengan bergelar S2 Filsafat. Jika Tuhan kehendaki akan melanjutkan S3 di Jerman atau di Malaysia memberikan penilaian atas keberhasilan Doni menaklukkan kerasnya Ibu Kota. Tamtama menyatakan demikian:
"Usaha yang dilakukan oleh Bung Doni semestinya menjadi pemicu dan contoh luhur bagi generasi muda Dayak untuk berani berwirausaha. Berhadapan dengan tantangan ekonomi dan kehidupan, sudah wajib hukumnya kita melampaui segala keterbatasan itu. Mindset ini lebih dikenal sebagai jiwa dan semangat entrepreneur. Jangan gengsi dan malu serta takut untuk memulai sebuah usaha baik. Keberanian mengambil risiko adalah keutamaan di tengah kerasnya tantangan jaman liberal saat ini. Bung Doni dengan usahanya menjadi contoh bahwa tidak pernah terlambat untuk memulai dan tidak ada pekerjaan yang terlampau hina untuk dikerjakan sejauh tidak menipu dan korupsi. Lebih baik berusaha dan berjuang daripada meminta dan menadahkan tangan. Sebab menadahkan tangan dan berserah saja adalah bentuk kekerdilan diri dan meruntuhkan harga diri itu sendiri"
Supriadi alias Ucup asal Serukam yang sudah terbiasa berbelanja ditempat Doni memberikan komentar:"Doni adalah sosok pekerja keras, berani dan cepat mengambil peluang, mudah bergaul dan disenangi oleh pelanggan-pelanggannya".
Martinus Sudarono yang tinggal di Jembatan lima asal Pahuman tidak ketinggalan memberikan pendapatnya:"
Doni anak muda yg bisa mnjadi inspirasi bagi kaula muda mudi yang hidup di rantau. Punya tekad dan giat bekerja tanpa mengeluh dan terus berusaha, akhirnya mendapatkan hasil yg baik"
Sosok seperti Doni yang diharapkan ada pada anak muda Dayak yang sedang merantau di berbagai tempat. Bukan hidup tanpa tujuan yang jelas. Merantau yang tidak jelas membebani orang di Kampung. Benarlah pribahasa Orang Kanayatn ba bahasa ba Ahe" Maranto na maranto sama uga tatap samangkok"
Pribahasa itu tidak berlaku bagi Doni dan Dayak yang sudah berhasil di Tanah rantau. Doni yang berpendidikan SMA ini telah membuktikan bahwa pribahasa itu keliru. Kini Doni juga mulai menanam aset di daerahnya dengan berkebun sawit. Membuka lapangan pekerjaan buat orang di kampung halaman. Paling tidak untuk keluarga atau sanak familinya.
Bagi yang berminat untuk berbelanja atau sekedar berkunjung ini ada alamatnya. Alamat Doni berjualan
Jalan Keadilan 2 no 12
Nama toko "SETIA JAYA".
dan nomor Hp yang dapat dihubungi dalam pemesanan :0815-1118-8501. Teruslah berjuang buktikan Dayak mampu, Dayak Maju.