Bersikap Terhadap Kebudayaan dan Politik (Markus 7:8, Roma 13:1)

                   (Sumber ilustrasi dari Kompas)
Bukan kebetulan kalau perayaan hari Raya Imlek dengan hajatan pemilu 2024 jaraknya tidak berjauhan. Kisaran lima hari. Perayaan Hari Raya Imlek (2575) tidak sekedar perayaan pergantian tahun dengan memasuki tahun yang baru bagi kalangan Tionghoa melainkan juga penuh dengan ritual dan kepercayaan. Demikian juga dengan pemilu tidak hanya sekedar pesta demokrasi melainkan memilih calon pemimpin untuk lima tahunan yang menentukan arah perjalanan bangsa pada masa mendatang, Dua peristiwa yang harus di sikapi dengan arif dan bijaksana sehingga tidak ada rasa bersalah dan penyesalan.

Perayaan hari raya Imlek adalah bagian dari kebudayaan. Tidak saja dirayakan di tanah Tiongkok, melainkan di seluruh dunia. Mengingat adanya diaspora yang menyebar hampir di semua benua dan negara. Sekalipun sudah menjadi iwarga negara di tiap-tiap negara dan berbeda agama perayaan ini terus dilakukan. Apalagi tahun ini tahun naga berelemen kayu. Tahun yang dinanti-nantikan( shio istimewa) dibandingkan dengan shio lainnya. Shio naga kayu diyakini menjadi simbol kekayaan, kekuasaan, kekuatan, kesuksesan dan kemakmuran. Tentu saja disambut dan dirayakan secara special.
Pemilu 2024 tentu saja tidak biasa. Ada begitu banyak catatan miring yang mengiringinya. Mulai dari diturunkannya ketua MK dari ketua karena dianggap melanggar kode etik hingga presiden diperbolehkan untuk berkampanye. Belum lagi gimik-gimik(topeng) yang ditampilkan  paslon dengan team pemenangan nasional. Masyarakat menjadi kurang fokus bahwa yang dipilih tahun ini tidak saja presiden dengan pasangannya melainkan juga DPRD kabupaten/kota madya, DPRD provinsi, DPR-RI dan DPD.

Lalu bagaimana kita menyikapi kedua hajatan tersebut? Pertama bagi jemaat yang berlatar belakang Tionghoa wajar ikut merayakan dengan memasang asesoris yang ada. Makan malam bersama, berkunjung kepada sanak saudara dan memberikan angpao bagi mereka yang belum menikah. Mengingat dengan menjadi Kristen bukan berarti kehilangan identitas suku bangsanya. Perlu untuk diperhatikan adalah dengan tidak mempercayai segala bentuk ajaran yang terkandung di dalamnya termasuk ritualnya. Mengingat Kekristenan mengakui bahwa kekayaan, kekuasaan, kesuksesan dan kemakmuran bersumber kepada Yesus Kristus. Jangan karena kebudayaan mengesampingkan Firman Tuhan (Markus 7:8).

Berkaitan dengan pemilu 14 Pebruari 2024 sebaiknya untuk tidak Golput. Tidak juga hanya asal memilih calon presiden dengan pasangannya dan tidak memilih legislatif dan DPD atau seballiknya. Akan tetapi jangan juga kita sembrono dengan asal memilih. Sebaiknya memperhatikan akan reputasi dan karakternya. Rencana kebijakan dengan visinya. Pengalaman dan kemampuan, rekam jejak dalam memperjuangkan kepentingan rakyat, memiliki pandangan yang baik mengenai ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Memegang integritas dan komitmen terhadap dekokrasi dan keadilan serta kemampuannya untuk mempersatukan ditengah-tengah kemajemukan Indonesia. Dengan kita menggunakan hak pilih dan tidak asal memilih menunjukkan kita mendukung pemerintah. Sebab pemilu adalah kebijakan pemerintah. Pemerintah juga ditetapkan oleh Allah (Roma 13:1).

 Jelas sekali perayaan hari Raya Imlek tidak dilarang. Demikian juga dengan pemilu untuk menggunakan hak pilih. Rayakanlah perayaan Imlek dengan tidak sama dengan mereka yang belum Kristen (Roma 12:2). Pilihlah calon pemimpin yang sedikit buruknya dari calon pemimpin yang terburuk. Jika bingung menentukan pilihan berdoalah sebelum datang di TPS masing-masing. Patuhilan aturan yg ada di TPS. Salah satunya dengan tidak mendokumentasikan surat suara yang sudah ducoblos karena itu melanggar hukum.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url